Perkembangan Islam di Indonesia, Sejarah Awal Hingga Masa Wali Songo

Oleh : Asep Kusnadi

Megamendung, 12 Juni 2023. Tentunya pembaca penasaran ngak, bagaimana ya sejarah Islam masuk ke Indonesia? Sebelum menjadi agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, Islam adalah salah satu agama yang diperkirakan datang, karena adanya pedagang yang singgah di Nusantara. Islamisasi mulai berkempang pasca menurunnya pengaruh kerajaan Hindu-Buddha. Bahkan, di masa itu, kerajaan-kerajaan Islam mendominasi Nusantara dan menggantikan kerajaan Hindu-Buddha.

Pada episode kali ini penulis akan menyajikan ulasan singkat tentang masuknya Islam di Indonesia hingga masa ulama Walisongo (Wali 9). Sebenarnya, ada banyak teori yang menjelaskan awal mula masuknya Islam ke Indonesia. Menurut beberapa teori, ajaran Islam masuk melalui perdagangan sambil berdakwah, atau memang datang ke Nusantara untuk menyiarkan ajaran Islam. Namun, para ahli Sejarah menetapkan bahwa ada 4 teori masuknya Islam ke Indonesia, yaitu Teori Gujarat, Teori Persia, Teori China, dan Teori Mekkah. Masing-masing teori dijelaskan berdasarkan rentan waktu yang berbeda. Mulai dari abad ke-7, hingga ada pula yang menyebutkan abad ke-13. Seperti apa teori-teorinya? Yuk, kita bahas bersama.

Secara umum, perkembangan Islam di Indonesia, baik dalam agama maupun tradisi, terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa yang ditandai dengan terjalinnya hubungan dagang antara kawasan Nusantara dan tetangganya, baik di Asia Tenggara, Asia Selatan, maupun negeri Arab. Kalau demikian siapa orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak-anak ya?

Teori Gujarat: dikemukakan oleh seorang ilmuwan Belanda bernama J. Pijnapel dan didukung oleh Christiaan Snouck Hurgronje. Teori Gujarat beranggapan bahwa agama Islam dan kebudayaannya dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini juga menjelaskan bahwa Islam secara masif berkembang di Nusantara sekitar abad ke-13 Masehi, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu. Teori ini diyakini oleh S. Hurgronje karena adanya hubungan perdagangan yang cukup erat antara Indonesia dan India. Teori Gujarat juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297, makam Maulana Malik Ibrahim yang keduanya bercorak Gujarat, serta tulisan Marco Polo. Namun, terdapat kelemahan Teori Gujarat. Teori ini ditentang oleh G.E. Morison, seorang jurnalis asal  Australia. Ia mengatakan bahwa, belum tentu Islam didatangkan dari Gujarat, hanya karena memiliki penemuan corak batu nisan yang mirip dengan yang ada di Gujarat. Selain itu, pada awal abad ke-12 Masehi, masyarakat Gujarat masih menganut agama Hindu.

Teori Persia. Teori masuknya Islam ke Nusantara berikutnya adalah Teori Persia. Teori Persia didukung oleh Hoesein Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Mereka berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran. Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke-13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, terdapat beberapa kesamaan budaya dan tradisi di Indonesia dengan yang ada di Persia. Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (khususnya Sumatera Barat dan Jambi), serta kesamaan corak seni kaligrafi.  Teori Persia juga didukung oleh bukti-bukti lain, seperti penggunaan gelar ‘syah’ pada raja-raja Islam di Nusantara, beberapa kosakata serapan Bahasa Persia ke Bahasa Indonesia, persamaan mazhab yang dianut, dan kesamaan ajaran sufi oleh Syekh Siti Jenar. Namun, Teori Persia juga memiliki kelemahan. Menurut beberapa tokoh, pada abad ke-7 Masehi, Persia belum memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia Islam.

Menurut Teori Cina, Islam berkembang di Nusantara berasal dari para perantau Tiongkok. Masyarakat Tiongkok sebenarnya sudah memiliki hubungan erat dengan masyarakat Indonesia, jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia melalui perdagangan. Agama Islam sendiri berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M). Menurut Sumanto Al-Qurtuby, pada masa Dinasti Tang, di daerah Kanton, Zhang-Zhao, Quanzhou, dan pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman muslim.  Teori Cina dikuatkan dengan adanya beberapa bukti, di antaranya Raden Patah (Raja Demak) yang merupakan keturunan Tiongkok, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah Cina, masjid-masjid yang memiliki arsitektur Tiongkok, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang Tiongkok lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Akan tetapi, kelemahan Teori Cina adalah teori ini tidak menjelaskan awal masuknya agama Islam di Indonesia. Teori ini lebih menjelaskan peranan Cina dalam kedatangan Islam ke Indonesia.

Teori Arab. Teori Arab didukung oleh beberapa tokoh, seperti Buya Hamka dan van Leur. Dalam Teori Arab, dijelaskan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7. Ajaran Islam dibawa langsung oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Teori Arab diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah. Selain itu, di Samudera Pasai, mazhab yang terkenal adalah mazhab Syafi’i. Mazhab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian, bukti lain Teori Arab adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai, seperti budaya Islam di Mesir. Namun, Teori Arab memiliki kelemahan. Teori ini dianggap kurang memiliki sumber tertulis yang menjelaskan peranan bangsa Arab terhadap proses penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Nah, Islam juga sempat menjadi kekuatan yang cukup disegani di Indonesia, loh! Hal ini ditandai dengan munculnya banyak kerajaan Islam yang cukup terkenal dan berkuasa. Apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa?

Selain yang suah disebutkan pada infografik di atas, masih banyak kesultanan kerajaan Islam di Indonesia, seperti Kesultanan Gowa-Tallo, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Tidore. Itulah penjelasan mengenai 4 teori masuknya Islam ke Indonesia. Gimana nih, apakah kamu sudah paham bagaimana Islam bisa hadir di bumi Nusantara kita? Sebenarnya, saluran masuknya ajaran Islam ke Nusantara, tidak hanya melalui jalur perdagangan dan dakwah saja. Tapi, bisa juga melalui pendidikan, perkawinan, dan kesenian.

Masuknya Islam di Indonesia
Menurut buku “Sejarah Indonesia Periode Islam” yang ditulis  oleh Ricu Sidiq dan kawan-kawan, sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan China sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Meski terdapat beberapa teori mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita China zaman Dinasti Tang. Namun demikian dalam buku Islam Nusantara yang ditulis oleh Azymardi Azra, bahwa masuknya Islam ke nusantara termasuk Indonesia diawali oleh keluarga Bani Fatimiyah, yang merupakan keturunan Persia.

Berita tersebut mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara. Sementara sejarah masuknya Islam pada abad ke-13 Masehi, lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang turut memperkuat pendapat ini adalah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al Saleh yang berangka tahun 1297. Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Islam di Jawa masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik.

Kemudian di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat, ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M).

Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggang Parangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M..

Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.

Media Islamisasi

  1. Perdagangan. Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia. Media islamisasi melalui perdagangan dinilai sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan secara langsung
  2. Perkawinan. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar. Saat menikah dengan saudagar Islam, proses sebelumnya adalah memeluk agama Islam terlebih dahulu. Berawal dari situ, kemudian banyak kampung kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan.
  3. Tasawuf Salah satu saluran Islamisasi yang dinilai memiliki peran yang signifikan dalam penyebaran ajaran Islam adalah tasawuf. Dalam konteks penyebaran ajaran Islam di Nusantara, para pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
  4. Pendidikan. Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Proses pendidikan dan pengajaran Islam ini sudah berlangsung sejak Islam masuk ke Nusantara. Ketika pemeluk agama Islam sudah banyak dan telah terbentuk komunitas muslim, maka proses pendidikan dan pengajaran Islam tidak lagi hanya dilaksanakan secara informal, tetapi sudah dilaksanakan secara teratur di tempat-tempat tertentu. Secara umum, model pendidikan pada masa itu ada dua, yakni pendidikan langgar dan pendidikan pesantren.
  5. Kesenian Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya untuk mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni uki r.
  6.  Politik. Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan nonIslam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
  7.  Peranan Wali dan Ulama. Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya.

Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren- pesantren sebagai sarana pendidikan Islam. Agama Terbesar di Dunia 2021 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik; Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur; Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya; Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang; Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah; Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku; Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah; Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah; Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.   Itulah perkembangan islam secara singkat dari sejarah awal hingga masa Wali Songo. Dan tentunya tulisan ini kurang lengkap jika tidak disusul oleh tulisan yang lain untuk melengkapi tulisan penulis selanjutnya.

Referensi:

Anwar, I.C. 2022. 4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya [Daring]. Tautan: https://tirto.id/4-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-sejarah-dan-penjelasannya-f8pm (Diakses pada 18 April 2023).

Azra, Azyumardi, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, Bandung: Mizan, 2002

Yuk, Kenali Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia [Daring]. Tautan: https://mediaindonesia.com/humaniora/431871/yuk-kenali-sejarah-teori-masuknya-islam-ke-indonesia (Diakses pada 18 April 2023).

Teori Gujarat, Teori Persia, Teori Cina, Teori Arab [Daring]. Tautan: https://an-nur.ac.id/teori-gujarat-teori-arab-teori-persia-teori-china/4/ (Diakses pada 18 April 2023)

 

Penulis,

Kabag PSB Ponpes Terpadu Al Musthafawiyah Bogor

 

Copyright © 2023 Al-Musthafawiyah | All Right Reserved