Kepemimpinan Melayani: Penguatan Karakter Guru Dan Siswa

kepemimpinan ponpes terpadu al musthafawiyah

“Betapa aku senang, jika semua ilmu yang aku ketahui dimengerti oleh semua orang. Maka dengannya aku mendapat pahala, meskipun mereka tidak memujiku.” (Imam As Syafi’i)

Sekolah sebagai suatu institusi pendidikan sangat sarat dengan sistem organisasi yang  sifatnya hierarki atau “top down”. Dimana  struktur organisasinya bertingkat sifatnya, yaitu segala peraturan dan kebijakan diberikan dari atasan kepada bawahan. Kepala sekolah pada umumnya dibanyak sekolah sebagai pimpinan tertinggi. Dengan  sistem organisasi demikian guru perannya adalah sebagai pelaksana tugas yang hanya melaksanakan instruksi dari kepala sekolah. Ada banyak kasus di sekolah, guru-guru menjadi pasif dan cenderung menurut saja apa kata kepala sekolah. Kondisi seperti ini lambat laun akan menghambat perkembangan dan kemajuan guru sebagai pendidik. Padahal sebagai pelaksana guru – guru berhadapan langsung dengan siswa – siswa (pesantren: santri) yang menjadi tanggung jawabnya untuk dididik dan dibimbing. Jika guru [1] tidak dipimpin dan didampingi dengan baik dan proposional maka hal itu juga akan  berimbas kepada mutu pendidikan siswa.  Sehingga hal ini terkait dengan keberadaan seorang kepala sekolah sebagai pemimpin yang menentukan pola kepemimpinannya, dan mempengaruhi gerak kebijakannya.

kepemimpinan ponpes al musthafawiyah

[1] Guru pada tataran pondok pesantren biasa dipanggil ustadz atau ustadzah bagi guru perempuan, selanjutnya untuk tingkatan lebih tinggi atau pucuk pimpinan tertinggi di pesantren panggilan mulianya adalah Kyai sepuh atau Buya. Termasuk pondok pesantren al Musthafawiyah, para santri memanggil gurunya adalah ustadz atau ustadzah. 

Kepemimpinan adalah proses  mempengaruhi kegiatan – kegiatan kelompok yang diorganisir menuju pada penentuan dan pencapaian tujuan. Menurut Sandjaya dan Sarros (2002), bahwa seorang yang menduduki  kepemimpinan formal belumlah tepat di sebut pemimpin jika mereka tidak menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Karena kepemimpinan tidak sama dengan posisi. Yang disebut kepemimpinan adalah fungsi. Seperti yang Kofi Annan (sekretaris PBB) kemukakan di Human Developmen  Report yang di rilis UNDP (United Nations Development Programm bahwa hambatan  terhadap sebuah kepemimpinan tidak ada hubungannya dengan budaya atau agama, dan lebih banyak lagi yang berkaitan dengan keinginan sang pemimpin untuk mempertahankan posisi mereka dengan cara apapun, sehingga pernyataan ini membuka kenyataan kegagalan pemimpin formal. Untuk membuktikan apakah seorang  pemimpin itu berhasil, maka seperti disampaikan oleh R. Greenleaf (1970) harus dilihat dari orang-orang yang dilayani apakah semakin bertumbuh sebagai suatu pribadi yang makin sehat, bijaksana, merdeka, lebih  mandiri dan mereka juga menjadi pelayan bagi orang lain.

Spears (1995) berpendapat bahwa Servant Leadership adalah pendekatan dari seorang pemimpin yang berdampak secara langsung dimana terjadi transformasi kehidupan yang terpancar dalam kehidupan mereka, Spears menyaring ide SL dari R.Greenleaf menjadi 10 karakter SL, yaitu Listening (mendengarkan, empathy (empati), healing (menyembuhkan), awareness (kesadaran), persuasion (persuasif), conceptualization (konseptualisasi),foresight    (melihat    ke masa depan), stewardship (penatalayanan), commitment to growth (komitmen untuk pertumbuhan) dan community building  (pembangunan komunitas).

Pada penelitian yang dilakukan di Pakistan tentang dampak komitmen organisasi terhadap loyalitas karyawan yang dilakukan oleh Iqbal dkk (2015) didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari komitmen organisasi terhadap loyalitas karyawan. Dimana menurut peneliti komitmen organisasi memiliki peranan penting dalam loyalitas yang dimiliki oleh karyawan, selain itu organisasi wajib memberikan manfaat dan insentif terhadap para karyawan agar karyawan yang memiliki perilaku yang kurang baik mampu memperbaiki perilakunya serta memiliki komitmen terhadap organisasi atau perusahaan dimana ia bekerja. Komitmen karyawan terhadap organisasi atau tempat ia bekerja dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah gaya seorang pemimpin dalam mengendalikan atau memimpin perusahaannya. Karena itu sebagaimana disampaikan Ancok (2012), pemimpin  memiliki peran yang tak kalah penting sebagaimana peran yang diberikan oleh karyawan atau pegawai, dimana pemimpin sangat menentukan bagi perkembangan  dan kelangsungan hidup dari suatu perusahaan.

kepemimpinan pondok pesantren al musthafawiyah

The Master Teacher yang menghimbau yaitu seorang pemimpin itu hendaknya punya prinsip ‘melayani bukan dilayani´”, yang pada hakekatnya menghasilkan nilai-nilai pengasih dan penyayang antar sesama (ar rahman – ar rahim), termasuk dalam hal ini pendidik, peserta didik dan tenaga kependidikan di sekolah, keiklhasan dalam bekerja, kedisiplinan dalam melaksanakan tugas, kesungguhan hati dalam berkomitmen dan bekerja keras sebagai gaya hidup, mengutamakan kebutuhan dan kepentingan komunitas sekolah lebih dari sekedar target kerja yang diinginkan, bahkan seorang pemimpin yang diharapkan memiliki sikap yang rela mendengar, memahami, menganalisis dan memecahkan masalah secara bersama- sama, saling mendukung dan menguatkan, bukan memaksa namun bisa mempengaruhi serta memberi teladan terlebih dahulu bagi komunitas sekolah. Sehingga komunitas yang dibangun memiliki kesatuan hati, keterikatan dan menyatukan visi – misi dalam  mencapai tujuan bersama.

Tulisan ini hanya mengingatkan penulis terhadap apa yang pernah dibaca dan dipahami saat kita melakukan tugas sebagai pimpinan dalam sebuah organisasi, termasuk di sekolah maupun pondok pesantren dimanapun.

  1. Value People (nilai orang). Perhatian kepada orang adalah hal yang Nilai  kemanusiaan dalam kepemimpinan yang melayani merupakan prioritas tertinggi. Pada saat membuat keputusan dan menerapkan aturan nilai kemanusiaan  menjadi pertimbangan yang penting.
  2. Develop People (mengembangkan orang). Dalam kepemimpinan yang melayani perhatian kepada tumbuh kembang tiap individu menjadi agenda yang Pemimpin memperhatikan, merencanakan, mendorong dan memfasilitasi tiap anggotanya untuk bertumbuh dan berkembang.
  3. Build Community (membangun komunitas). Dalam kepemimpinan yang melayani, pemimpin sadar bahwa dia tidak dapat bekerja sendiri. Untuk mencapai tujuan yang maksimal diperlukan teamwork. Pemimpin harus membangun komunitas yang dapat saling bekerjasama, memiliki visi – misi yang sama dan mau diajak untuk bertumbuh dan berkembang secara
  4. Display Authenticity (tampilan yang asli/apa adanya). Tampilan seorang pemimpin yang melayani haruslah Baik dari segi karakter maupun integritas hidupnya, apa yang dikatakannya harus sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Karena yang dibutuhkan dari kepemimpinan yang melayani adalah contoh dan teladan yang ditampilkannya. Kejujuran dan keterbukaan dari pemimpin sangat dituntut dalam hal ini. Sehingga anggota dapat melihat secara nyata ketulusan hati dari pemimpin yang sungguh-sungguh ingin memberikan yang terbaik.
  5. Provide Leadership (memimpin). Kepemimpinan yang melayani haruslah memiliki kemampuan Dibalik sikap hati yang tulus melayani, pemimpin harus dapat memberikan visi – misi, merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengatur dan mengkoodinasi. Dan
  6. Share Leadership (berbagi kepemimpinan). Dalam kepemimpinan yang melayani tanggung jawab pemimpin tidak diletakkan hanya kepada satu personil, tetapi dibagikan kepada yang Pemimpin dapat membagikan beban dan tanggung jawab kepada anggotanya, khususnya anggota yang sudah terseleksi dan memiliki kemampuan dalam memimpin.

Megamendung, 28 Februari 2023

Penulis

Asep Kusnadi
Kabag PSB & Humas Ponpes Al-Musthafawiyah @almusthafawiyah.official (cp: 081385260050)

1 Guru pada tataran pondok pesantren biasa dipanggil ustadz atau ustadzah bagi guru perempuan, selanjutnya untuk tingkatan lebih tinggi atau pucuk pimpinan tertinggi di pesantren panggilan mulianya adalah Kyai sepuh atau Buya. Termasuk Pondok Pesantren Al Musthafawiyah, para santri memanggil gurunya adalah ustadz atau ustadzah.

Copyright © 2023 Al-Musthafawiyah | All Right Reserved